MULAI BERJUANG DENGAN PTK

24 March, 2009


Hari ini baru sadar kalo pembuatan proposal penelitian susahnya minta ampun. Dibayangin aja, sama dosen mata kuliah PTK dikoreksi abiz proposalnya. Padahal tu baru latar belakangnya doang. Beberapa hal yang disorot anatara lain; landasan atau rujukan normatifnya belum ada, koondisi riil akan pendidikan dan pengajaran di SD jg belum mendalam kajiannya, deskriptif pemecahan masalahnya belum mantap, dll. Diperbaiki lagi minggu berikutnya. Pusing..........pusing.

Syukur aja sih, karena jam kuliah kedua hanya ngasi tugas aja. Lucunya, dosennya lupa kalo perintah soal yang akan dikerjakan hari ini sudah dia sampaikan minggu kemaren. Jadi gx perlu repot2 ngerjakannya lagi, smalam dah dikupas abiz.

Namun kembali dibuat pusing lagi pada jam kuliah ketiga, Pembelajaran Terpadu. Betapa tidak, kita diminta melakukan praktek mengajar IPA dan menyampaikan konsep tentang adhesi dan kohesi. Benar-benar kita harus kembali lagi pada materi waktu SMP. Tapi gx pa2 deh. Namanya juga kuliah. Semangat dan semangat...

Baca Selengkapnya...

USIA SANG AYAH SAAT MENIKAH MENENTUKAN TINGKAT KECERDASAN ANAK

21 March, 2009

Kaum pria dianjurkan untuk menikah dibawah usia 30 tahun. Sebab anak yang terlahir dari ayah berusia tua memiliki kemampuan berpikir rendah. Pria yang telat menajadi ayah biasanya yang bersangkutan telat menikah. Ada banyak alasan yang menyebabkan seorang pria menunda membina mahligai rumah tangganya, seperti; belum mapan, belum siap mental, belum menemukan pasangan yang pas, dan banyak alasan lainnya lagi.

Selama ini anjuran “jangan telat menikah” sepertinya hanya dicamkan pada kaum wanita. Pada hal, jam biologis ternyata tidak mengenal gender. Apalagi ketika anda menginginkan keturunan berotak brilian, disarankan untuk menikah antara usia 20 – 30 tahun.

Sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat mengungkapkan hal demikian. Dalam laporan itu disebutkan bahwa bayi dan anak-anak yang terlahir dari ayah yang sudah berumur tua memiliki kecerdasan dan kemampuan berpikir lebih rendah dibandingkan teman-teman mereka yang berayahkan pria dewasa muda. Sebuah bukti nyata dari hasil penelitian ini mengungkapkan, anak yang terlahir dari ayah yang berusia 20 tahun memiliki skor tes IQ rata-rata 106, 8 poin. Sementara anak-anak yang terlahir dari ayah yang berusia lebih tua (diatas 30 tahun) memiliki rata-rata skor lebih rendah, yaitu 100, 7 poin.

Uniknya anak-anak yang terlahir dari ibu yang berumur lebih tua ternyata memiliki skor kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang beribukan wanita muda. Hal ini disebabkan karena pada umumnya ibu yang berusia lebih tua memiliki pengalaman yang lebih matangn dan lingkungan perawatan yang lebih baik.

Tentunya penelitian ini bukan menjadi sebuah harga mati untuk menentukan tingkat kecerdasan anak. Ada banyak factor termasuk diantaranya adalah factor genetic dan social ekonomi. Namun kiranya hasil penelitian tersebut diatas menjadi bahan pertimbangan anda (khususnya kaum pria) dalam mengambil keputusan ‘menikah sekarang atau tidak’. Semoga bermanfaat.

* * *

Sumber: SINDO edisi 18 Maret 2009

Baca Selengkapnya...

Ketika Cinta Berbuah Surga

Di tanah Kurdistan, ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas, dan pemberani. Saat-saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al-Quran. Sang raja juga menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran. Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Si kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada orang yang memutuskannya.

Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang dirasakan anaknya.

Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya, “Said, Anakku, sudah saatnya kamu mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik, yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”

Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
“Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga” tanyanya dengan nada penasaran.

“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tatapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaiumu karena Allah. Dan Dengan dasar itu kau pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuaan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.”

“Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah?” tanya Said. Sang raja menjawab, “Kamu harus menguji orang yang hendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok menjadi temanmu untuk makan pagi di sini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dan perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah kemudian apa yang mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga buitr telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya. Lihatlah, apa yang kemudian mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syukur jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.”

Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempraktekkan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula ia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu per satu. Sebagian besar dari mereka marahmarah karena hidangnya tidak keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang melontarkan kata-kata tidak terpuji, memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.

Diantara teman anak raja itu, ada seorang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah dirasa cukup, Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus.

Melihat itu, Adil berkata keras, “Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!”

Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meniggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tangannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejati.

Hari berikutnya, dia mengundang anak seorang saudagar terkaya. Tentu saja anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi dari anak raja. Malam harinya, sengaja ia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan makanan anak raja pasti enak dan lezat.

Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia menunggu waktu yang lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa piring dengan tiga telur rebus di atasnya.

“Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minum,” Kata Said seraya meletakkkan piring itu di atas meja.

Lalu, Said masuk kedalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar itu langsung malahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke arah meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Ia kaget.

“Mana telurnya?” tanya Said pada anak saudagar. “Telah aku makan.”
“Semuanya.” “Ya, habis aku lapar sekali.”

Melihat hal itu Said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belum makan apa-apa. Said merasa jengkel kapada anak-anak di sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Akhirnya, Said meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.

Akhirnya, Said berpikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampung-kampung untuk mencari seorang teman yang baik.

Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana. Anak itu sedang memanggul kayu bakar. Said mengikutinya diam-diam sampai anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukkan bahwa dia sangat miskin. Namun, wajah dan sinar matanya memancarkan tanda kecerdasan dan kebaikan hati. Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat dua rakaat. Said memerhatikannya dari balik rumpun pepohonan.

Selesai shalat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kau tadi shalat apa?”

“Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.”

Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.

Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak orang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.”

Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.”

“Baiklah kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seia-sekata.”

Said menyepakati syarat yag diajukkan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi ke hutan bersama ,memancing bersama, dan berburu kelinci bersama. Anak tukang kayu itu mengajarinya berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.

Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.

Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya, sepotong roti, garam, dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.

Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tidak dia dapatkan di dalam istana. Oleh temannya itu dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-buahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa dimakan, yang bisa dijadikan obat, serta yang beracun.

“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persediaan makanan ada di sekitar kita. Inilah keagungan Allah!” kata anak pencari kayu.

Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan ilmu ada di mana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkan pengalaman berharga.

Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.

“Pergilah ke ibu kota, berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui di sana . Dia akan mengantarkanmu ke rumahku,” kata Said sambil tersenyum.

“Insya Alloh aku akan datang,” Jawab anak pencari kayu itu.

Pagi harinya, anak pencari kayu sampai juga di istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.

Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu. Said pun menguji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu itu sudah terbiasa lapar. Bahkan, dia pernah tidak makan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja. Dia hanya berpikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.

Selama ini, dia mendengar bahwa anak-anak pembesar kerajaan senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.

Akhirnya, tiga butir telur masak pun dihidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu bakar itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara Said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Lalu dengan sengaja Said mengambil yang ketiga, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya. Temannya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebitur telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau….?

Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lalu, dia membelah telur itu jadi dua. Yang satu dia pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.

Lalu Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata. “Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”

Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan sangat akrab. Persahabatan meraka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Allah swt. Karena kekuatan cinta itu mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, di Syiria, di Irak, di Mesir dan di Yaman.

Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang adil, ayah Said meninggal dunia. Akhirnya, Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.

Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering malakukan shalat tahajud dan membaca Al-Quran bersama. Kecerdasaan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya; baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.

Sumber: Ketika Cinta Berbuah Surga (alipsuratno.wordpress.com)

Karya: HabiburrahmaEl Shirazy

Baca Selengkapnya...

OEMAR BAKRIE DARI BUMI MELAWI

Teman-temanku bertanya, kenapa tampilan blogku bertuliskan OEMAR BAKRIE DARI BUMI MELAWI? Apa maksud sebutan tersebut? Benarkah di Melawi ada istilah atau gelar Oemar Bakrie? Apa hubungannya dengan bumi Melawi? Banyak pertanyaan lain lagi yang dilontarkan sejak kemunculan blog ini.


Terus terang, istilah Oemar Bakrie menjadi populer sejak sang maestro musik Indonesia (Iwan Fals) menggunakannya hanya untuk menggambarkan kegigihan seoarang guru menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Terinspirasi dari sinilah nama Oemar Bakrie kujadikan idola sebagai gambaran ideal guru masa depan. Kebetulan juga saat ini aku sedang menempuh studi di PGSD yang nantinya akan menjadi guru SD. Guru yang dibutuhkan saat ini adalah guru yang selain memiliki kompetensi akademik juga kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Selain itu juga sosok guru yang diharapkan masa kini adalah yang tidak banyak menuntut "kesejahteraannya" terpenuhi sebagaimana Oemar Bakrie. Dengan bermodalkan sepeda ontel dan kemauan, ia terus mengabdi demi mencerdaskan kehidupan bangsa.

Saat ini kesejahteraan guru sangat diperhatikan. Indikasi ini tentunya mengharapkan semangat pelayanan yang tulus kepada masyarakat. Melawi sebagai daerah yang masih sangat memerlukan tenaga guru juga berharap sosok-sosok Oemar Bakrie lainnya untuk membawa Melawi maju dalam bidang pendidikan. Sejak kini lah semangat itu terbentuk. 49 orang dididik di UNY dengan harapan akan pulang menerapkan ilmu yang didapatkan. Jiwa pelayanan Oemar Bakrie tertanam dalam-dalam, sehingga apapun rintangan yang dihadapi nanti bukan merupakan sebuah hambatan melinkan sebuah peluang untuk terus berbakti demi bumi Melawi yang indah.

Selamat berjuang kawan, bersama kita bisa.
Salam OEMAR BAKRIE...

Baca Selengkapnya...

CACI, Sebuah Permainan Rakyat Yang Sarat Akan Nilai-Nilai Budaya

15 March, 2009

Oleh: Ferdy H. Pantar

Caci adalah salah satu jenis permainan rakyat yang selain heroic juga merupakan permainan yang sarat akan nilai budaya. Dikatakan heroik karena tarian tradisional ini hampir selalu merupakan pertarungan berdarah. Di daerah asal, Manggarai (sebuah kabupaten di bagian barat Pulau Flores, NTT), caci merupakan pertarungan antara dua orang pria, satu lawan satu, secara bergantian. Dalam permainan caci ada pihak yang memukul (paki) lawannya dengan menggunakan Larik (pecut) atau Cambuk. Biasanya larik terbuat dari kulit kerbau yang sudah kering. Lawan yang dipukul (ta'ang) bertahan atau menangkis dengan menggunakan Nggiling (perisai, juga terbuat dari kulit kerbau) dan Tereng/Agang (busur yang terbuat dari bambu). Memukul dilakukan secara bergantian.

Di Manggarai tarian caci yang secara bebas diartikan menguji (ketangkasan) satu lawan satu, biasanya hanya dipentaskan dalam acara khusus, seperti upacara penti/hang woja (syukuran hasil panen), penyambutan tamu kehormatan atau upacara-upacara adat lainnya, seperti paca wina (belis). Juga untuk memeriahkan pentahbisan imam dan sebagainya. Disinilah nilai-nilai budaya muncul dalam permainan caci dengan segala keunikannya. Biasanya, pertarungan caci dilakukan antar desa/kampung.

Bagi orang Manggarai, pementasan caci merupakan pesta besar dimana desa penyelenggara memotong kerbau beberapa ekor untuk makanan para peserta atau siapa pun yang menyaksikan caci. Caci mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Namun dalam caci, keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Tarian caci diiringi bunyi gendang dan gong serta nyanyian para pendukungnya. Inilah aspek integral dalam pemaknaan orang Manggarai tentang keperkasaan.

Dalam konteks ini, show of force bukanlah aspek terpenting dalam caci. Yang ingin ditampilkan di sana adalah seni bertanding secara sehat dan sportif. Sportifitas yang tinggi antara lain ditunjukkan lewat pengendalian diri untuk tidak harus menerapkan prinsip sama rasa sama rata. Pihak yang memukul tidak harus mendapat giliran menangkis. Posisinya bisa diganti orang lain. Pihak lawan biasanya tidak memprotes. Di sini terlihat aspek lain yakni kerelaan untuk berkorban. Semuanya dihayati dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan.

Bagian badan yang boleh dipukuli meliputi bagian pusar ke atas hingga wajah. Seorang penari caci dinyatakan kalah bila pukulan larik mengenai bagian wajah hingga luka/ berdarah. Jika ini terjadi maka penari bersangkutan harus diberhentikan. Dalam caci ini disebut beke (aib). Beke biasanya membawa malu bagi kelompok dari mana penari itu berasal dan membuat kelompok itu kalah dalam pertarungan. Luka karena caci bagi orang Manggarai merupakan kebanggaan seumur hidup. Jadi, tidak ada dendam dan marah.

Busana yang dikenakan para pemain caci sangat beragam.Biasanya terdiri dari, celana panjang kain (biasanya berwarna putih), kain songke (sarung adat Manggarai), syal atau selendang, kendik (ikat pinggang), nggorong (gerunung), ndeki (berbentuk ekor kuda dan dipasang pada punggung), kain-kain pelindung wajah dan kepala (sapu), dan mahkota (berbentuk tanduk kerbau). Sejumlah peralatan diatas memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Manggarai. Hingga kini permainan Caci masih terus digemari baik dari kalangan tua maupun muda. Sebuah harapan dari para leluhur agar permainan rakyat ini terus dipelihara dan ditanamkan pada generasi penerus sehingga tidak punah. Tentu ini menjadi tugas dan tanggung jawab generasi muda.

* * *

Baca Selengkapnya...

CERITA LAIN DIBALIK PPL 1 PGSD FIP UNY

09 March, 2009

Oleh: Ferdy H. Pantar

Lain dari biasanya. Malam sebelum keesokkan harinya terjun ke SD, segenap mahasiswa PGSD UPP 1 seolah tersihir oleh kesibukkan banyak hal. Ada yang sibuk menyemir sepatunya. Ada yang asyik menyetrika baju dan celana serta jas almamater sampai-sampai gosong. Ada yang mulai menata rambut seindah mungkin menyerupai guru yang professional, walaupun belum jelas seperti apa sih penampilan guru yang professional tersebut. Banyak aktivitas lain yang sungguh lain dari biasanya. Semua itu dilakukan dalam rangka mewujudkan harapan masyarakat akan sosok seorang guru yang professional.

Pagi harinya, waktu baru menunjukkan pukul 06.00 wib. Hiruk pikuk asrama mulai terdengar. Hempasan air di kamar mandi yang tiada hentinya menandakan kalau calon-calon guru SD ini sedang membersihkan tubuh mereka alias mandi. Selang beberapa waktu kemudian, beberapa mahasiswa mondar-mandir seputar lobi dengan berpakaian hitam putih dilapisi jas kebanggaan kampus. Pada hal acara penyerahan di SD baru terlaksana pada pukul 10.00 wib. Senyum ceria tampak dari raut wajah menggambarkan semangat bakti mereka untuk memberikan yang terbaik bagi sekolah dan para siswa. Kendati baru sekedar penampilan, hal ini telah menunjukkan hasrat yang positif. Rasa solidaritas ditunjukkan dengan usaha membangunkan teman yang masih terlelap tidur. Mereka yang bangun tidur terlambat dikarenakan persiapannya sampai larut malam.

Disambut Dengan Keceriaan Siswa dan Keramahan Kepala Sekolah (kelompok 2: SDN Condong Catur, Sleman)

Memasuki pintu gerbang sekolah langkah kaki seolah teratur. Kewibawaan seorang guru menjadi acuan kami. Satu per satu kami disalami siswa yang kebetulan sedang istirahat. Keramahan dan keceriaan mereka membuat kami tersanjung. Pak Kepala Sekolah sedang menunggu kami di depan pintu kantornya. Dia mempersilahkan kami masuk sambil menunggu kehadiran dosen pembimbing. Tepat pukul 10.00 kami menuju ruangan kelas tempat acara penyerahan berlangsung. Hadir juga beberapa orang guru yang sengaja diminta Kepala Sekolah untuk menyambut kami.

Pertemuan dibuka langsung oleh Kepala Sekolah dengan doa dan ucapan selamat datang di SDN Condong Catur. Selanjutnya dosen pembimbing (Bu Sekar, S.Pd) menjelaskan maksud dan tujuan kehadiran para mahasiswa di SDN Condong Catur. Ibu yang saat ini sedang dalam tahap akhir menyelesaikan studi S2-nya di UNY ini mengharapkan kerjasama pihak sekolah untuk mendampingi dan mengarahkan mahasiswa selama observasi berlangsung. Harapan tersebut diamini oleh bapak Kepala Sekolah yang pada kesempatan itu juga menyampaikan maaf bila selama observasi nanti terdapat hal-hal yang kurang berkenan.

Upacara penyerahan selesai, para mahasiswa langsung dengan tugasnya melakukan observasi. Hari pertama masih pada tahap pengamatan fisik sekolah. Pada hari kedua baru mengadakan pengamatan di dalam kelas. Secara keseluruhan mahasiswa merasa sangat terbantu selama proses observasi. Pihak sekolah SDN Condong Catur khususnya para gurunya sangat ramah dan mudah diajak kerja sama. Hal itu terbukti dengan begitu lancarnya para mahasiswa mendapatkan data-data yang berkaitan dengan kegiatan KKN-PPL nantinya. Semoga semua ini menjadi awal yang baik untuk melanjutkan program KKN-PPL kelompok yang terdiri dari Lukas (S6J), Ferdy (S6J), Suri (S6J), Agah (S6J), Lewi (S6J), Novia (S6A), Nida (S6A), Fida (S6A), Tyas (S6A) dan Suci (S6A). Moga sukses ya Friend…

* * *

Baca Selengkapnya...

CERPE DIEM; Raihlah Kesempatan !

By: Ferdy Pantar

Dalam film yang berjudul Dead Poets Society yang kemudian dijadikan nama sebuah club (geng) pada sebuah sekolah (Welton High School), sebuah ungkapan terlontar dari mulut sang guru idola “Cerpe Diem”. Konon, ungkapan ini memacu semangat para siswanya untuk membuka diri dari kungkungan segala bentuk aturan-aturan kaku dan menjenuhkan. Mereka berubah menjadi siswa yang kreatif, penuh imajinasi dan sangat ambisius. Mr. Keating yang adalah sang guru idola mengajarkan kepada siswanya akan pentingnya sebuah “impian” dalam hidup. Dengan impian orang bisa berusaha dan bekerja. Orang yang tidak memiliki impian dalam hidupnya, akan menjadi orang yang paling miskin dari yang termiskin.

Semangat yang ditunjukkan Mr. Keating dalam pengajarannya patut kita cermati. Dengan metode mengajar yang variatif, ia mampu membangun pengetahuan siswanya yang sebetulnya memang sudah ada. Siswa yang suka diam menjadi aktif. Siswa dibuatnya menjadi berani dan mencoba melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Hal tersebutlah yang kiranya menjadi harapan guru masa kini. Kehadiran guru sekiranya mampu mendobrak tembok pengajaran yang masih bersifat klasik. Ketentuan-ketentuan yang sifatnya terikat dan terpaku pada kebijakan-kebijakan pusat (kurikulum) harus diubah dan diganti dengan terobosan-terobosan baru melalui system pengajaran yang kreatif, inovatif dan kontekstual.

Pemutaran film Dead Poets Society di hadapan para mahasiswa Asrama UPP 1 telah memberikan pemahaman sekaligus inspirasi untuk memiliki gambaran akan guru yang ideal masa kini. Sebab bukan jamannya lagi seorang guru mentransferkan ilmunya secara mentah-mentah kepada siswanya, melainkan bagaimana membangun pengetahuan siswa yang sudah ada menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih pengetahuannya sebanyak mungkin dengan daya kreativitasnya adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik.

* * *

Baca Selengkapnya...

Sepak Bola Asrama Mulai Diperhitungkan

by: Papa Uta

Minggu sore tanggal 30 November 2008, mahasiswa asrama UPP 1 bermaksud mengakhiri bulan november dengan cerita kemenangan. Kemenangan yang berdasarkan rencana akan diperoleh melalui pertandingan futsal melawan PLS (gx tau dari fakultas mana)dan bola kaki melawan klub asal Sleman ini diluar dugaan berakhir tragis. Futsal kalah dengan skor telak 4-2 sedangkan bola kaki sedikit beruntung karena dapat menahan seri 1-1. Nasib memang sedang sial, dua pertandingan ini berlangsung pada jam yang sama tetapi tempat yang berbeda. Dari sinilah kebingungan muncul. Tim futsal yang anggota pemainnya juga termasuk anggota pemain sepak bola, terpaksa memberangkatkan tim lapis kedua dengan hanya jumlah pemain 8 orang. Sebaliknya tim sepak bola memberangkatkan timnya dengan kekuatan penuh.

Disebut tragis bukan karena skornya tetapi suasana pertandingannya. Betapa tidak, sejak masuk lapangan pemain MELATA FC (nama klub Asrama UPP 1)langsung disoraki suporter tim lawan dengan teriakan-teriakan bernada "provokatif". Ini masih wajar dalam pertandingan baik di futsal maupun di sepak bola, khususnya lingkup suporter Indonesia. Tetapi menjadi tidak wajar ketika bentuk permainan di lapangan menjadi keras dengan permainan-permainan kasar. Kondisi inilah yang dihadapi tim futsal MELATA FC. Berdasarkan pantauan kami dan atas hasil wawancara dengan para pemain MELATA FC, permainan tim lawan benar-benar kasar ala sepak bola gajah. Mereka bukannya mengejar bola tetapi kaki lawan. Jelas tim MELATA FC tidak mampu meladeni permainan seperti ini dan tipe permainan mereka berubah dan tak mau ambil resiko. Alhasil, strategi dengan permainan kasar yang tim lawan terapkan berhasil dan mampu mengungguli tim MELATA FC dengan skor 4-2. Semakin unggul, permainan mereka makin brutal. Demikian juga dengan teriakan suporter. Para pemain MELATA FC akhirnya tidak mampu melanjutkan permainan dan menyerah dengan skor 4-2.

Tim Sepak Bola Berhasil Menahan Seri

Di tempat lain, tepatnya di lapangan Kompleks Bandara Adi Succipto, tim sepak bola MELATA FC berhasil menahan tim asal kabupaten Sleman dengan skor 1-1. Sejak kick off babak pertama dimulai, kendali permainan lansung dipegang anak-anak MELATA FC yang saat itu menggunakan kostum warna hitam (berkabung kali ya). Permainan satu dua dan dari kaki ke kaki yang menjadi ciri khas mereka serta sekali-sekali melakukan umpan terobosan, mampu merepotkan dan merusak strategi permainan anak-anak Sleman yang saat itu menggunakan kostum berwarna putih-putih. Puncaknya sekitar menit ke-25, sebuah sontekan Agon dari luar kotak penalti mampu merobek jala lawan. Skor menjadi 1-0. Tidak berhenti sampai disitu, pada menit ke-37 Dison melakukan umpan terobosan ke bagian kanan sisi pertahanan lawan dan bola dapat dikejar dengan baik oleh Imran dan terus menggiringnya sampai ke kotak penalti. Namun sontekan Imran ke pojok kanan gawang lawan dapat diantisipasi dengan baik oleh penjaga gawang dan hanya menghasilkan tendangan sudut. Skor 1-0 bertahan sampai turun minum.

Pada babak kedua, tim MELATA FC mengubah formasi 4-3-3 pada babak pertama menjadi 4-4-2 dengan menempatkan Imran sebagai striker menemani Krismanto. Kendali permainan tetap menjadi milik anak-anak MELATA FC. Tim lawan hanya sekali-sekali melakukan serangan balik. Ketika anak-anak MELATA keasikan menyerang, sebuah sodoran dari sisi kanan pertahanan tim MELATA berhasil dimanfaatkan anak-anak Sleman untuk menggiring bola dengan bebas tanpa kawalan bek-bek MELATA dan berhasil menjaringkan bola ke sudut kiri gawang. Skor berubah menjadi 1-1. Kepemimpinan wasit pada babak kedua banyak merugikan tim MELATA FC. Sebuah tarikan terhadap pemain pengganti PAUS oleh bek anak-anak Sleman yang sudah kalah dalam penguasaan bola di areal penalti dibiarkan begitu saja tanpa ada pelanggaran. Menjelang akhir babak kedua, anak-anak MELATA FC terus menggempur pertahanan lawan. Ada dua peluang manis terjadi pada menit ke-85 melalui Simson yang menggantikan Krismanto dan Yandri yang masuk menggantikan Melani. Namun kedua pemain ini tidak mampu mencceploskan bola dan hanya menghasilkan tendangan pojok. Skor tetap tidak berubah sampai pluit panjang tanda berakhirnya pertandingan dibunyikan.

Baca Selengkapnya...

UANG SAKU TELAT, CAPEK DEH...

08 March, 2009

Nasi Kucing dua bungkus, cukup untuk hidup satu hari

by: p@p@ ut@



Sudah menjadi tradisi, pembagian uang saku bagi mahasiswa berasrama S1 PGSD FIP UNY selalu terlambat. Seperti biasanya, pada bulan Maret ini hampir dua minggu sudah waktu keterlambatan itu bergulir. Entah disengaja atau tidak, hal ini telah mempengaruhi pola hidup para mahasiswa yang secara keseluruhan adalah mahasiswa perantau. Demi mempertahankan hidupnya, mereka rela mengisi perutnya dengan hanya dua bungkus nasi kucing dalam satu hari. Lebih ironis lagi, mereka dapatkan nasi kucing tersebut dengan meng-utang. Sebuah indikasi yang kurang baik untuk gambaran seorang mahasiswa berikatan dinas, calon guru lagi.

Apakah pihak fakultas dalam hal ini adalah sebagai penyelenggara program mengerti kalau sebenarnya mahasiswa penerima beasiswa ini sangat bergantung pada uang saku tersebut untuk memenuhi kebutuhan bulanannya? Sebab orang tua di rumah pasti selalu berharap bahwa anaknya tidak pernah berkekurangan, sehingga sangat tidak mungkin kami harus meminta uang ke mereka lagi.

Semoga saja dalam beberapa hari ke depan uang saku segera dicairkan. Karena jika tidak, bukan tidak mungkin warga asrama (khususnya UPP 1) satu demi satu akan jatuh sakit. Bagaimana bisa belajar dengan tenang jika perut keroncongan? Seharusnya mereka bisa berpikir, bagaimana jadinya jika dua minggu mereka terlambat gajian? Apa yang terjadi dengan keluarga mereka? Capek deh,,,,,,,,,,,,,,

Baca Selengkapnya...

MENYIAPKAN KANCAH PENELITIAN

04 March, 2009

Pada bab ini para pembaca diharapkan dapat:
1. Memahami pentingnya serta mengetahui strategi peneliti dalam meyiapkan subjek penelitian.
2. Memahami hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan ijin penelitian.
3. Mengetahui pentingnya serta mengetahui cara mengadakan penelitian pendahuluan.
4. Mengetahui cara-cara menentukan calon subjek penelitian.

A. Menyiapkan subjek penelitian

1. Didalam penelitian, subjek penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian.
2. Subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia.
3. Sebagai peneliti kita harus melakukan penataan subjek penelitian terlebih dahulu agar pada waktu pengumpulan data, subjek tersebut sudah dalam keadaan siap, untuk mencapai keadaan yang demikian. Seyogyanya peneliti melakukan kontak dengan calon subjek yang dimaksud.
4. Dalam melakukan kontak denga subjek, peneliti harus memperhatikan beberapa hal seperti dalam berkomunikasi; kita harus memperhatikan etika, tenggang rasa, saling menghargai dan tata cara berbicara dan berkomunikasi dengan subjek.
5. Oleh karena itu peneliti harus mengadakan penjajakan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan.
6. Jika seorang peneliti tidak memperhatikan hal yang sangat penting seperti di atas maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan
7. Jika kita tidak memperhatikan kepentingan, perasaan, atau apa yang diharapkan koresponden maka akan berpengaruh terhadap hasil penelitian kita.


B. Mengurus perizinan penelitian

1. Urusan perizinan merupakan suatu langkah formal karena bersangkut paut dengan para pejabat yang mempunyai wewenang mengenai suatu wilayah tempat subjek penelitian berada.
2. Berkenenaan dengan adanya wewenang dan tanggung jawab tersebut maka untuk dapat melaksanakan kegiatan peneilitian di suatu daerah, harus meminta ijin terlebih dahulu dengan pejabat yang bersangkutan.

Secara urutan langkah pengurusan izin adalah sbb:
O Penelitian mengurus penelitian di lembaganya sendiri.
O Penelitian yang dilakukan di daerah sendiri.
O Penelitian yang dilakukan di propinsi lain.

C. Melakukan penelitian Pendahuluan

1. Pada langkah paling awal yakni menentukan permasalahan penelitian, peneliti sudah disarankan untuk mengadakan penjajakan mengenai kemungkinan terus atau tidaknya pikiran peneliti untuk mengadakan penelitian
2. Penelitian pendahuluan dilakukan peneliti terutama untuk menjajaki dapat tidaknya suatu penelitian dilaksanakan di daerah itu.

Beberapa cara yang dapat dilakukan peneliti di dalam penelitian pendahuluan, antara lain:
a) Peneliti membaca buku-buku laporan penelitian atau jurnal yang memuat hasil-hasil penelitian.
b) Peneliti mempelajari situasi wilayah yang akan dijadikan ajang penelititan.
c) Peneliti mendatangi daerah calon wilayah penelitiannya, bertemu dengan pejabat atau calon responden untuk mengadakan penjajakan seperlunya.


D. Memilih calon subjek penelitian

Didalam menentukan subjek penelitian, peneliti harus berpikir pada 2 hal yaitu:
1. subjek untuk uji coba instrumen pengumpulan data
2. subjek pengambilan data.

Tiga jenis strategi penelitian yaitu:
1. penelitian kasus
2. penelitian populasi
3. penelitian sampel.

Dalam melakukan penelitian kasus dan populasi, pengambilan subjek uji coba harus memiliki ciri-ciri sama dengan subjek yang akan diambil datanya, dan subjek tersebut dari daerah lain. Sedangkan dalam penelitian sampel, subjek uji coba diambil dari populasi.

Subjek uji coba ada 2 jenis, yaitu:
1. jika subjek dalam populasi cukup banyak maka subjek uji coba dan subjek penelitian benar-benar terpisah.
2. jika subjek dalam populasi tidak cukup banyak
maka peneliti mengambil sebagian dari calon subjek penelitian.



THE END
@@@
Matur Nuwun

Baca Selengkapnya...

Terbanyak Dikunjungi