Ringkasan Bab V Asesment Pendidikan
Dalam melakukan penilaian, ada dua acuan yang digunakan untuk interpretasi hasil, yaitu:
1. Acuan norma
Tes acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi norma. Perbedaan ini harus ditunjukan oleh hasil pengukuran, misalnya setelah mengikuti kuliah selama satu semester peserta didik dites. Hasil tes seseorang dibandingkan dengan kelompoknya, sehingga dapat diketahui posisi seseorang. Acuan ini biasanya digunakan pada tes untuk seleksi, karena sesuai dengan tujuannya tes seleksi adalah untuk membedakan kemampuan seseorang dan untuk mengetahui hasil belajar seseorang.
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Pada pendekatan acuan norma, standar kinerja yang digunakan bersifat relatif, artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya. Artinya seorang yang memperoleh nilai di atas rata-rata kelompoknya maka siswa tersebut memperoleh skor yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan skor (kinerja) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah:
§ Dianggap tidak adil
§ Membuat persaingan yang tidak sehat diantara siswa
Contoh “A” acuan norma dalam menentukan nilai siswa:
Dalam kelas matematika, peserta tes terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Nilai-nilai tersebut diperoleh secara transpormasi sebagai berikut:
Skor 50 dikonversi menjadi nilai 10 sebagai nilai tertinggi yang dicapai peserta tes, yang diperoleh dengan cara:
x 10 = 10
50 50
50 50
Skor yang lainnya dapat dikonversi dengan cara yang sama yaitu:
x 10 = 9.5
45 45
50 50
x 10 = 8.0
40 40
50 50
x 10 = 7.0
35 35
50 50
x 10 = 6.0
30 30
50 50
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
2. Acuan Kriteria
Acuan kriteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun waktunya yang berbeda. Konsekwensi acuan ini adalah adanya program remedi. Penafsiran skor hasil tes selalu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu. Hasil tes ini dinilai lulus atau tidak. Lulus berarti bisa melakukan, tidak lulus berarti tidak bisa melakukan. Acuan ini banyak digunakan untuk bidang sains dan teknologi serta mata kuliah praktik. Tujuan penggunaan acuan kriteria untuk menyeleksi (secara pasti) status individual mengenai domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan baik. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kinerja peserta tes tanpa memperhatikan bagaimana kinerja tersebut dibandingkan dengan kinerja yang lain.
Dalam pendekatan dengan acuan kriteria, penentuan tingkatan didasarkan pada skor-skor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk presentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan skor tertentu sesuai dengan batas yang ditentukan tanpa terpengaruh oleh kinerja (skor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan acuan kriteria, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor | Nilai |
80 s.d 100 | A |
70 s.d 79 | B |
60 s.d 69 | C |
45 s.d 59 | D |
<> | E |
Contoh “B” di bawah ini, mempunyai data yang sama dengan contoh “A”, jika digunakan penilaian acuan kriteria, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kriteria, misalnya sebagai berikut:
Rentang Skor | Nilai |
90 s.d 100 | 10 |
80 s.d 89 | 9 |
70 s.d 79 | 8 |
60 s.d 69 | 7 |
50 s.d 59 | 6 |
40 s.d 49 | 5 |
30 s.d 39 | 4 |
20 s.d 29 | 3 |
10 s.d 19 | 2 |
0 s.d 9 | 1 |
Setelah kriteria ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengkonversi skor mentah ke nilai. Untuk skor :
50 dikonversi menjadi nilai 6
45 dikonversi menjadi nilai 5
40 dikonversi menjadi nilai 5
35 dikonversi menjadi nilai 4
30 dikonversi menjadi nilai 4
Berikut ini disajikan tabel tentang skor mentah, konversi nilai berdasarkan pendekatan normal dan kriteria:
Tabel.
Skor Mentah, Nilai Berdasarkan Pendekatan Normal dan Kriteria.
Skor Mentah | Nilai Berdasarkan Pendekatan | Keterangan | |
Normal | Kriteria | ||
50 | 10 | 6 | |
45 | 9 | 5 | |
40 | 8 | 5 | |
35 | 7 | 4 | |
30 | 6 | 4 | |
Mencermati tabel di atas, tampak bahwa terjadi perbedaan yang berarti antara informasi yang disajikan oleh kedua pendekatan yang digunakan. Untuk skor 50, seorang siswa akan mendapatkan nilai 10 jika menggunakan pendekartan acuan penilaian normal. Tetapi akan memperoleh nialai 6 jika menggunakan pendekatan acuan penilaian kriteria.
***
5 comments
thanks yooo,,,,
24 May 2010 at 20:47ini blog u,,, sangat membantu AQ,,,
tapi sayang ya,,,,, ga ada cara membuat kurva normalnya...
jadi aga sulit juga nee
thanks yaaaaaaaaaaaaa
29 June 2010 at 16:26Thanks for your bloq
18 June 2019 at 08:02Thanks for your bloq
18 June 2019 at 08:03Thanks for your bloq
18 June 2019 at 08:03Post a Comment
Jika berkenan, tinggalkan comment anda di sini!!! Terima kasih...