Persahabatan antara batu, tanah dan air saat itu sangat terkenal. Kehidupan mereka selalu ditunjukkan sikap kerja sama, dan saling membantu.
“Batu, kamu selalu memimpin persahabatan air dan tanah. Aku ingin mencontoh cara kamu memimpin” ucap angin.
“Ya, karena aku yang paling kuat. Mereka takut kepada ku. Air dan tanah selalu berusaha dekat dengan ku karena aku tidak mungkin dikalahkan oleh mereka. Pada pokoknya mereka bersahabat dengan ku hanya ingin minta perlindungan”
“Jadi...mereka bersahabat dengan mu hanya ingin mendapatkan perlindungan mu?” tanya angin.
“Ya...Jelas. kamu lihat saja tanah dan air, keduanya sangat lemag. Jadi mereka minta perlindungan ku. Kamu saja tidak mungkin mampu mengalahkan ku. Coba saja kamu hantam aku!” kata batu.
Angin menjadi muram mendengar perkataan batu. Angin yang tadinya menaruh hormat pada batu, menjadi kesal. Angin lalu pergi meninggalkan batu.
“Kawan-kawan...aku ingin bergabung dengan kalian.
Aku ingin bersahabat,”kata angin pada air dan tanah setelah pergi meninggalkan batu.
“Ya kemarilah!” jawab tanah dan air hampir bersamaan.
“Wah...sekarang kita tambah satu sahabat. Mari kita bersama-sama mencari batu agar kita bermain bersama,” kata air.
“Maaf...tadi saya sudah bertemu dengan batu. Tapi tampaknya batu tidak sungguh-sungguh bersahabat dengan kalian,” kata angin. “Ah...kamu jangan memfitnah!” kata tanah. “Kalau kalian tidak percaya, mari kita sama-sama menemui batu,” Mereka kemudian bersama-sama menemui batu.
“He..he.. kalian membawa angin kemari. Apa angin juga ingin bersahabat denganku, seperti kalian bersahabat denaganku karena takut? Kalian tidak mungkin mengalahkanku kan?” kata batu.
“Oh...jadi kami bersahabat denganmu karena kami dianggap takut denganmu?” tiba-tiba air merasa tersinggung.
“Ya jelas, aku tahu gelagat kalian. Kalian mendekatiku karena takut akan diriku yang kuat, gagah perkasa.”
“Oh...betapa ruginya kalau persahabatan didasari hanya seperti itu,” tukas tanah.
“Lalu mau kalian apa?” tantang batu.
“Persahabatan didasari rasa tulus, saling membutuhkan, rasa setia kawan, jika ada kekurangan kita berusaha menutupi,”lanjut air.
“Ah, itu hanya karena kalian sangat lemah. Cobalah kalian bertiga menggempur aku. Aku tidak akan bergeming sedikitpun.
Selanjutnya tanah, air, dan angin membuat kesepakatan untuk mengingatkan batu secara perlahan. Mereka minta bantuan pada matahari. Tanah, air dan angin mengikis kekuatan batu. Tetesan hujan dibarengi angin kencang, kemudian berganti terik panas. Mereka bekerja secara bersama-sama. Setelah beberapa tahun, si batu menjadi rapuh setelah terkena air, angin dan sinar matahari. Tubuh batu tidak kuat lagi. Akhirnya batu pun hancur menjadi tanah.
“Kawan-kawan, aku minta maaf. Ternyata dengan persatuan yang kalian lakukan dapat menghancurkan diriku,” kata batu sambil menagis.
Cerita ini layak untuk disimak dan dijadikan bahan permenungan, khususnya dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan kesombongan, kedengkian, iri hati. Kita kadang-kadang menganggap diri hebat, kuat dan gagah perkasa, sementara orang lain tak ada apa-apanya. Kita selalu lupa bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Kita juga ditakdirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.
0 comments
Post a Comment
Jika berkenan, tinggalkan comment anda di sini!!! Terima kasih...