KUTEMUKAN KEBAHAGIAAN DI PUNCAK KALIURANG

13 February, 2009

By: Ferdy H. Pantar

Udara sejuk menusuk jiwa, seolah rasa hendak berbagi. Di puncak Kaliurang hati merana, uang tak punya hanya mengelus dada. Walah, ini pantun apa pantun sih. Maklum teman, pantun masa kini memang beda. Kata orang, jangan melihat benar salahnya tu pantun. Tapi makna dibalik kata-kata tersebut yang perlu kita cerna. Yah, aku hanya sekedar menggambarkan suasana hatiku aja saat itu.

Kalau kebanyakan orang saat merayakan ulang tahun pasti menggelar aneka acara menarik seperti; potong kue, tiup lilin, dan tepuk tangan. Lain halnya dengan perayaan ulang tahunku kali ini. Bermula hendak melepaskan kelelahan setelah berperang dengan debu saat merapikan perpustakaan di SDN Condong Catur (tempal PPL kelompok 2), kami menelurusi jalan Kaliurang yang terdiri dari Lukas, Lewi, Agah, Suri, Nida dan tentunya saya sendiri. Sebetulnya masih ada empat orang lagi tapi mereka keburu pulang ke kost masing-masing.

Untuk diketahui, kelompok kami terkenal dengan kekompakkan dan saling kerjasama yang selalu dijunjung tinggi. Apa pun yang menyangkut kegiatan KKN-PPL selalu dilaksanakan secara bersama-sama. Semua itu kami laksanakan demi kelancaran KKN-PPL nanti.

Kembali ke cerita awal. Di benakku saat dalam perjalanan sempat bergumam, jika mendukung moment ini sangat tepat untuk kurayakan ulang tahun bersama teman-temanku. Tapi apa daya, uang tak punya. Sungguh menyedihkan, saat itu uang di dompet hanya tinggal dua ribu perak. Buat apaan ya tu duit. Nasib,….nasib!!! Sempat juga berpikir untuk menyembunyikan rahasia ini, sebab gak ada dari mereka yang tahu akan hari ulang tahunku jatuh pada hari itu.

Saat tiba di puncak Kaliurang, kami pun duduk di sebuah taman. Aku termenung sejenak dan berdiam diri. Tak kuasa rasanya menyembunyikan semua ini. Kuajak mereka mendekatiku dan mendengarkan kata hatiku. Teman, hari ini adalah hari bersejarah buatku. Kendati demikian, aku merasa sedih karena aku gak punya uang buat mengajak kalian makan atau minum. Hari ini aku berulang tahun. Maafkan aku!!! Kata-kataku sontak membuat mereka kaget dan terharu. Mereka memelukku sambil mengucapkan selamat ulang tahun. Aku pun juga ikut terharu dengan apa yang mereka lakukan. Rasa sedih berubah jadi riang.

Tak lama berselang, aneka makanan ringan dan minuman tampak di depan mata. Dari mana datangnya? Segalanya Tuhan yang atur. Dia melimpahkan kasih-Nya padaku dan pada kami semua melalui saudara Agah. Tuhan berfirman, “mintalah berkat kepada-Ku maka Aku akan memberikan berkat kepada-Mu”. Terima kasih Tuhan, Terima kasih Agah dan Terima kasih teman-teman.

Saat dalam perjalanan pulang hujan pun turut mengguyuri tubuh kami. Dengan tanpa berbekalkan mantel atau jas hujan, kami berperang melawan hawa dingin yang menusuk tubuh. Sungguh sebuah pengalaman yang mengasikkan. Di asrama teman-teman lain telah menunggu dengan telur di tangan. Tradisi di komunitas kami memang sangat unik. Telur dicampur dengan segala macam ramuan termasuk tepung kopi akan memandikan tubuh orang yang sedang berulang tahun. Hal ini dilakukan hanya sebatas perayaan kocak aja. Tidak ada tujuan atau maksud tertentu. Semua itu kualami seharian saat aku berulang tahun.

* * *

0 comments

Post a Comment

Jika berkenan, tinggalkan comment anda di sini!!! Terima kasih...

Terbanyak Dikunjungi